Melengkapi Pantun

islamia.sch.id
Sabjan Badio
Guru Bahasa SMP Ali Maksum

A. APAKAH PANTUN?

Pantun adalah satu di antara jenis puisi lama yang dianggap masih eksis hingga saat ini. Pada mulanya, pantun merupakan sastra lisan, akhir-akhir ini banyak ditemui pantun dalam bentuk karya tulis. Karya ini lekat dengan tradisi Melayu. Oleh karena itu, pantun sangat dikenal di daerah berbahasa Melayu, termasuk di Malaysia. Jadi, tidak mengherankan jika pada banyak pantun ditemukan kosakata yang kental dengan bahasa Melayu, walaupun di antaranya banyak yang sudah menjadi kosakata Indonesia.


Dalam tradisi Melayu, kita juga mengenal istilah berbalas pantun, yaitu saling mengirim pantun untuk maksud tertentu. Tradisi berbalas pantun di antaranya dilaksanakan pada acara pernikahan, biasanya dilakukan sebelum pernikahan berlangsung atau sebelum pengantin bersanding di pelaminan.

B.   
CIRI PANTUN

  1. Tiap bait terdiri atas empat larik
  2. Tiap larik terdiri atas empat sampai enam kata
  3. Tiap larik terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
  4. Larik pertama dan kedua merupakan sampiran
  5. Larik ketiga dan keempat merupakan isi
  6. Larik pertama dan ketiga mempunyai akhir yang sama. Larik kedua dan keempat juga mempunyai akhir yang sama. Dengan kata lain, rima akhir larik bersajak a-b-a-b, tidak bisa a-a-b-b atau a-b-b-a.
  7. Ada yang berpendapat bahwa sajak pantun bisa a-a-a-a, seperti yang terlihat pada pantun pertama contoh C.8. Pendapat ini tidak direkomendasikan untuk mengerjakan soal Ujian Nasional. 
C.   JENIS PANTUN

1.   Pantun Adat
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah
2.   Pantun Agama
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

3.   Pantun Budi
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin

4.   Pantun Jenaka
Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya

 5.    Pantun Kepahlawanan
Redup bintang hari pun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak

6.   Pantun Kias
Berburu ke padang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi

7.   Pantun Nasihat
Jalan-jalan ke kota Blitar
jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
belajarlah dengan tekun

8.   Pantun Percintaan
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang

Ikan sepat dimasak berlada
Kutunggu digulai anak seberang
Jika tak dapat di masa muda
Kutunggu sampai beranak seorang

9.   Pantun Peribahasa
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

10. Pantun Perpisahan
Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi

11. Pantun Teka-teki
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung ?

Berdasarkan sasaran pembaca/penggunanya, pantun dapat pula dibagi menjadi pantun anak-anak, pantun muda-mudi/remaja, dan pantun orang tua.

1.   Pantun Anak-anak
Menyimpan buah di dalam peti
peti dibawa di depan muka
Jangan teman bersedih hati
jika bersedih hilanglah suka

2.   Pantun Muda-mudi/Remaja
Pucuk pauh selara pauh
daun mengkudu dilandungkan
Adik jauh, kakanda jauh
kalau rindu sama tanggungkan

3.   Pantun Orang Tua
Menanam ubi di tepi ladang
ubi ditanam bertambah besar
Aku tak untung dalam berdagang
selalu menanggung rugi besar

D. MELENGKAPI PANTUN

Untuk mengerjakan soal tentang melengkapi pantun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal tersebut berkenaan dengan ciri-ciri dan kekhasan yang biasa terjadi pada pantun. Perhatikan catatan berikut!



1.   Larik pertama dan kedua yang merupakan sampiran, biasanya memiliki keterkaitan. Perhatikan contoh berikut!

Menyimpan buah di dalam peti

peti dibawa di depan muka

Larik pertama berisi materi tentang peti, begitu pun dengan larik kedua, juga berisi materi tentang peti. Sekarang, perhatikan contoh berikutnya!


Kalau tuan bawa keladi

Bawakan juga si pucuk rebung

Larik pertama berisi materi tentang keladi, sementara itu, larik kedua, berisi materi tentang rebung. Apakah ada keterkaitannya? Ada, kita perhatikan kata juga. Juga adalah kata penghubung antara keladi dan rebung. Jadi, yang dibawakan adalah keladi dan rebung.


2.      Seperti halnya larik pertama dan kedua, larik ketiga dan keempat yang merupakan isi, juga memiliki keterkaitan. Perhatikan contoh berikut!

Adik jauh, kakanda jauh
Kalau rindu sama tanggungkan

Adik jauh, kakanda jauh
, berarti saling berjauhan. Dengan kata lain, itu menggambarkan dua kekasih yang saling berjauhan. Sementara itu, kalau rindu sama tanggungkan, melanjutkan larik ketiga. Oleh karena saling berjauhan, tentu saja akan timbul rindu. Rindu itu, tentu pula tidak mungkin terjadi hanya pada salah satu pihak. Jika hanya salah satu pihak yang mengalami rindu, itu artinya bisa dikatakan tidak saling mencintai atau paling tidak terjadi masalah dengan hubungan keduanya. Lalu, perhatikan contoh kedua!


Aku tak untung dalam berdagang

Selalu menanggung rugi besar

Kedua larik tersebut berkaitan, terutama ada kata berdagang dan rugi. Seorang pedagang memiliki tiga kemungkinan, untung, balik modal, atau rugi. Oleh karena rugi merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan pedagang (berdagang), dapat dikatakan larik ketiga dan keempat sangat berkaitan.


3.      Perhatikan persajakan pantun!

Ada dua kemungkinan persajakan dalam pantun, yaitu a-a-a-a dan a-b-a-b, tidak akan mungkin terjadi a-a-b-b atau a-b-b-a. Untuk pembahasan kali ini, persajakan a-a-a-a dikecualikan, sehingga kita hanya menggunakan a-b-a-b. Sekarang, perhatikan contoh berikut!

Menanam ubi di tepi ladang
Ubi ditanam bertambah besar
Aku tak untung dalam berdagang
Selalu menanggung rugi besar

Larik pertama berakhir dengan huruf g (ng). Hal ini sama dengan larik ketiga, g (ng) juga. Sementara itu, larik kedua berakhir dengan bunyi huruf r, begitu juga dengan larik terakhir, berakhir dengan huruf r, bahkan kata terakhir pada kedua larik ini sama persis, sama-sama besar. Jika larik pertama kita umpamakan dengan a, berarti larik kedua kita umpamakan dengan b. Oleh karena larik ketiga sama dengan larik pertama, artinya larik ketiga juga a, hal ini juga terjadi dengan larik keempat yang sama dengan larik ketiga, b. Jadi, persajakan kedua puisi ini jelas a-b-a-b, dengan kata lain a (untuk larik pertama dan  ketiga) dan b (untuk larik kedua dan keempat. Cermati contoh kedua!


Asam kandis asam gelugur

Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Larik pertama, berakhiran dengan huruf
r (ur), begitu juga dengan larik ketiga. Sementra itu, larik kedua berakhiran huruf g (ng), begitu juga dengan larik keempat. Jika larik pertama sama dengan larik ketiga, keduanya dapat kita beri "kode" a. Oleh karena larik kedua dan keempat juga memiliki kesamaan, "kode" keduanya juga seharusnya sama. "Kode" a sudah digunakan, kita bisa menggunakan kode b. Jadi, jelas persajakannya a-b-a-b. Selanjutnya, lihat pantun yang sangat populer berikut!

Kalau ada sumur di ladang

Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi

Larik pertama berakhiran dengan huruf g (ng), sama dengan larik ketiga. Jika larik pertama kita sebut a, larik ketiga juga a. Sementara itu, larik kedua berakhiran dengan huruf i, sama dengan huruf akhir pada larik keempat. Jika larik pertama dan ketiga, kita sebut a, larik kedua dan keempat, kita sebut b. Jadi, persajakannya menjadi a-b-a-b. Mudah, bukan?


Ketiga kriteria di atas, jika benar-benar kita cermati, saya kira akan cukup menjadi modal untuk mengerjakan soal Ujian Nasional.


E.    DAFTAR KATA SULIT
de·pa n ukuran sepanjang kedua belah tangan mendepang dr ujung jari tengah tangan kiri sampai ke ujung jari tengah tangan kanan (empat hasta, enam kaki); 
beroleh sehasta hendak se -- , pb sudah diberi sedikit, mau minta lebih lagi;
ge·lu·gur n pohon mangga hutan, buahnya berwarna merah kekuning-kuningan, dipakai untuk mengasami gulai; Garcinia macrophylla
kan·dis n mangga hutan yg buahnya sangat masam, biasa diiris-iris, kemudian dijemur untuk bumbu masak sbg pengganti jeruk
lan·dung a terjurai panjang (tt lengan baju, tali, dsb)
pa·uh n 1 tumbuhan yg batangnya berupa pohon tegak, tumbuh di daerah tropis, tinggi antara l0—13 m, buahnya terdapat dl malai dng warna hijau kekuning-kuningan, beraneka ragam bentuknya (bulat panjang agak pipih dan bulat pendek dng ujungnya pipih), enak dimakan; mangga;Mangifera indica2 buah pauh; 
pe·kak a 1 kurang baik pendengaran (krn kerap kali mendengar suara keras dsb); agak tuli; 2 tidak dapat berbunyi mendencing atau nyaring (tt uang perak, gamelan, dsb); bengap; 
-- pembakar meriam, pb tiap-tiap orang ada gunanya; 
re·bung n anak (bakal batang) buluh yg masih kecil dan masih muda, biasa dibuat sayur; 
-- tidak jauh dr rumpun, pb tabiat anak tidak jauh berbeda dr tabiat orang tuanya; 
ri·ang-ri·ang n pohon yg kayunya keras, Ploiarum alternifolium

REFERENSI
Daryono, Iqbal Aji. 2009. Ragam Puisi Lama. Jakarta: Permata Equator Media.
http://id.wikipedia.org/wiki/Berbalas_pantun
http://id.wikipedia.org/wiki/Pantun
KBBI Daring

1 komentar:

SMPIT Ar Raihan mengatakan...

Belajar pantun memang asyik :)

Tulisan Populer Pekan ini