Berdasarkan pernyataan Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI
Angkatan Darat, Kolonel Zaenal Mutaqin, yang dirilis oleh Vivanews.com,
anggota TNI tersebut hanya mengacungkan air soft gun dan stik besi agar
pengendara sepeda motor bersedia mengeluarkan SIM-nya.
Pada pukul 15.00 saat itu saya berniat akan menjemput orang tua saya di
Bandara Soekarno Hatta. Saat melintas di Palmerah, situasi jalan raya sedikit
tersendat. Pada saat mobil saya bergeser ke arah kiri, kaca kiri mobil saya
diketuk. Pengendara itu berkata 'jangan mentang-mentang aparat seenaknya saja'.
Saya kaget lalu turun dari mobil untuk menanyakan masalahnya. Saya berpikir
motornya terserempet tapi ternyata tidak. Saya tinggalkan dia sambil dia
mengancam akan melaporkan ke atasan saya. Saya bilang silakan saja.
Saya kembali ke mobil dan siap
melanjutkan perjalanan menuju bandara karena khawatir, orang tua saya
mengidap sakit jantung. Ketika akan menyalakan mesin mobil, pintu mobil saya
ditendang dan kaca mobil diketok oleh pengendara motor itu. Saya turun dan
sempat mengeluarkan dan mengacungkan air soft gun dan stik besi yang saya punya
agar dia mengeluarkan SIM miliknya. Lalu Pomdam Jaya melintas dan saya dibawa.
Hal ini bertolak belakang dari kenyataan di video yang menunjukkan pelaku tidak hanya meminta SIM, tetapi sempat berusaha memukul si pengendara sepeda motor. Bahkan, sempat terdengar satu kali letusan senjata.
Patut disayangkan, anggota TNI yang sejatinya menjaga
kedaulatan negara untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan warga negara justru
sebaliknya, mengancam warga negara. Menilik usianya yang masih muda, besar
kemungkinan Kapten A lulusan akademi militer. Itu artinya, setidaknya empat
jenjang pendidikan telah dilaluinya, SD, SMP, SMA, dan Akmil.
Pada tiap-tiap jenjang pendidikan tersebut, setidaknya SD
s.d. SMA, selalu ada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan mata
pelajaran agama. Belum lagi, mata pelajaran lain yang sejatinya tidak terlepas dari muatan pendidikan pekerti, kewarganegaraan, nasionalisme, sopan santun, agama, dan disiplin. Bagaimana mungkin seorang aparat TNI yang seharusnya telah
kenyang dengan berbagai pendidikan dan tahu hukuman yang akan diterima atas tindakannya tersebut, tetap melakukan aksi koboy di jalan raya?
Lihat video
2 komentar:
Pendidikan kerap hanya berdampak pada pengetahuan. Tidak jarang, setelah mengenyam pendidikan begitu panjang, lama, dan dalam, yang terjadi justru semakin rusak. Kasus korupsi, semuanya dilakukan oleh orang-orang terpelajar.
Begitulah. Jika berharap pada orang lain, kita kerpa kecewa. Jalan terbaik adalah memulai pendidikan dari diri sendiri, keluarga sendiri. Jika itu dilakukan, saya kira, kita akan bisa mencapai tujuan pendidikan nasional.
Posting Komentar