Mengenal Resensi Buku

phd2published.com
Sabjan Badio

Meresensi buku pengetahuan merupakan kompetensi dasar yang wajib dikuasai oleh siswa kelas IX SMP, sesuai yang tertera pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Materi ini wajib diajarkan pada semester ganjil (semester 1). Selain tertera sebagai materi untuk siswa SMP, materi ini juga merupakan substansi untuk mata kuliah bahasa Indonesia seperti yang tertuang pada SK Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006. Pada SK tersebut diuraikan bahwa di antara substansi kajian matakuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi adalah menulis resensi buku. Oleh karena resensi buku wajib disampaikan pada berbagai jenjang pendidikan dan dengan alasan untuk kebermanfaatan yang lebih luas, tulisan ini akan mengurai permasalahan resensi buku secara umum.

Resensi buku banyak ditemui di media massa. Pada media massa tersebut, resensi buku ditempatkan pada rubrik atau kolom tersendiri. Rubrik atau kolom tersebut tidak selalu bernama resensi buku, ada yang dinamakan timbangan buku, ulasan buku, info buku, buku baru, atau penyebutan lain.

Resensi yang dimuat di media massa paling tidak membawa manfaat bagi lima pihak, yaitu penulis buku, penulis resensi, pembaca resensi, penerbit buku, dan media massa yang memublikasikan. Bagi penulis buku, resensi bermanfaat sebagai bahan publikasi dan koreksi. Bagi penulis resensi, merupakan sumber penghasilan, bagian dari proses pembelajaran menulis, dan manfaat lain. Bagi pembaca resensi, resensi buku merupakan sumber informasi yang berharga atas sebuah buku, biasanya buku baru. Bagi penerbit, manfaatnya mirip dengan manfaat yang didapatkan oleh penulis buku. Sementara itu, bagi media massa, resensi tentu saja materi yang sedikit banyak akan mendongkrak penjualan (Badio, 2012: 3-6).

Berdasarkan uraian tersebut, terlihat banyak sekali manfaat resensi buku. Lalu, apa sesungguhnya resensi buku itu? Resensi buku pada hakikatnya merupakan tulisan yang berisi deskripsi dan ulasan atas buku. Deskripsi yang disajikan dalam resensi meliputi identitas buku--termasuk di dalamnya kover buku, sampai ringkasan atau gambaran sepintas isi buku. Ulasan yang disajikan dalam resensi buku meliputi keunggulan, kelemahan, dan penilaian kritis lain. Selain kedua hal tersebut, unsur lain yang tersaji dalam resensi buku adalah judul resensi dan identitas penulis.

Secara anatomis, ketiga unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi (1) judul resensi, (2) identitas buku, (3) isi resensi, dan (4) identitas penulis.

A.      Judul Resensi

Contoh:

Judul Buku
Judul Resensi
Touch My Heart, Mengenal Kepribadian Anak Menurut Golongan Darah
"Potret Karakter Anak melalui Golongan Darah"

Judul Buku
Judul Resensi
The Innovator's DNA
"DNA Para Inovator Dunia"
        
Judul resensi boleh sama dan boleh berbeda dengan judul buku. Terkadang penulis resensi memokuskan pembahasan pada bagian yang disukai, menjadi keahliannya, atau bagian keunggulan buku. Oleh karena itu, mungkin saja terjadi perbedaan antara judul buku dengan judul resensi. Walaupun begitu, judul resensi tidak boleh lepas dari esensi isi buku.
                                             
B.      Identitas Buku

Contoh:
Judul
:
Touch My Heart, Mengenal Kepribadian Anak Menurut Golongan Darah
Penulis
:
Toshitaka Nomi
Penerjemah
:
Holy Setyowati
Penerbit
:
Andi
Tahun Terbit
:
2007
Tebal
:
138 + xvi
ISBN
:
979-763-698-4
Harga
:
Rp25.000

Antara buku satu dengan buku lain, mungkin saja terjadi perbedaan. Untuk buku terjemahan, memerlukan data tentang penerjemah, sementara buku nonterjemahan tidak. Nama editor jarangan dicantumkan pada identitas buku walaupun sesungguhnya peran editor dalam proses penerbitan sebuah buku sangat besar. Fungsi editor pada realitasnya terkadang tidak sekadar mengedit, bahkan sampai menyentuh ranah kepenulisan yang secara “de jure” merupakan jatah penulis.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan identitas buku adalah keberadaan kover atau sampul depan buku. Kover ini dapat dikategorikan sebagai identitas buku walaupun letaknya tidak selalu berdampingan dengan identitas buku.

C.      Isi resensi

Secara materi, isi resensi buku terdiri atas (1) gambaran atau deskripsi singkat isi buku, (2) pembahasan tentang pengarang, (3) pembahasan tentang penerbit, (5) kritik atas buku (baik terhadap fisik maupun terhadap materi buku), serta (6) rekomendasi penulis resensi kepada pembaca. Sementara itu, secara anatomis, isi resensi terbagi menjadi tiga, yaitu (1) pembuka, (2) isi/inti, dan (3) penutup.

1. Pembuka

Contoh:
Apa yang akan terjadi ketika para pakar inovasi berkolaborasi? Salah satu jawabannya adalah ide brilian yang akhirnya menjadi sebuah buku best seller. Jeff Dyer, profesor strategi dari Brigham Young University; Hal Gregersen, profesor kepemimpinan dari INSEAD; dan Clayton M. Christensen, profesor administrasi bisnis di Harvard Business School bekerja sama merumuskan faktor yang menjadi kunci sukses para inovator dunia. Khusus bagi Christensen, buku ini melanjutkan kesuksesan bukunya terdahulu yang fenomenal, The Innovator''s Dilemma.

(Anggoro, 2011)

2. Inti

Contoh:
Ketiga pakar itu meyakini bahwa setiap individu mampu menjadi seorang inovator yang berhasil jika memiliki lima kebiasaan kreatif, yaituassociating, questioning, observing, networking, dan experimenting. Kelima hal itu didapat dengan cara mengidentifikasi perilaku para pemimpin perusahaan inovatif kelas dunia, mulai Steve Jobs (Apple), Jeff Bezos (Amazon), hingga Sir Richard Branson (Virgin Group).

Kesimpulannya, kelima kebiasaan tersebut tidak diturunkan secara genetis, tapi murni perilaku yang bisa dipelajari dan dilatih. Lalu, bagaimana para inovator ini menemukan ide yang disruptive, mengejutkan, brilian, sekaligus berbeda dengan yang lain?

Asosiasi adalah kemampuan untuk menghubungkan berbagai pertanyaan, masalah, dan ide yang berkecamuk di dalam pikiran. Mampu menghubungkan berbagai hal dari berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan sebuah ide kreatif. Sebagaimana Steve Jobs mengatakancreativity is connecting things.

Bagaimana cara melatih kemampuan asosiasi kita? Proses berbagi pengetahuan merupakan aktivitas yang disarankan agar selalu mendapatkan ide baru. Semakin banyak ide baru yang didapat, kian banyak asosiasi ide yang bisa dibangun dalam pikiran kita. Proses ini disebut sebagai Lego Thinking. Semakin banyak balok yang dikumpulkan, kian inovatif struktur bangunan yang mampu dibuat.

Kebiasaan berikutnya adalah mengajukan banyak pertanyaan yang gila, menantang, sekaligus provokatif. Mantan CEO P&G, A.G. Lafley, dikenal sebagai pemimpin bisnis yang gemar mengajukan banyak pertanyaan aneh dan tidak umum. Dua hal yang kerap menghambat kita untuk mengajukan pertanyaan provokatif adalah ketakutan untuk terlihat bodoh dan enggan dianggap tak kooperatif. Lebih baik diam daripada bertanya untuk kemudian ditertawakan.

Kemampuan bertanya ini harus dilatih, di antaranya dengan mengadakan sesi question-storming untuk mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya atas sebuah masalah.

Berikutnya, seorang inovator adalah pengamat sejati. Tak hanya mengamati peristiwa, tapi juga menjadi pengamat terhadap hal-hal yang tidak eksplisit, seperti hubungan emosi antarmanusia, ide-ide yang berkembang, dan informasi yang beredar. Proses kelahiran mobil paling murah sedunia, Tata Nano, pada 2009 tak lepas dari kemampuan observasi sang CEO Tata Group, Ratan Tata. Ia tak sengaja mengamati sebuah keluarga kelas bawah di Mumbai yang mengendarai skuter dalam kondisi basah kuyup dalam suatu sore yang hujan pada 2003.

Tidak seperti kalangan eksekutif yang membangun jaringan untuk memperoleh akses ataupun menjual produknya, inovator membangun jaringan untuk sebuah tujuan sederhana: memperkaya pengetahuan. Pada 1987, Michael Lazaridis menghadiri sebuah pameran perdagangan untuk mendapatkan ide baru bagi perusahaan yang baru dibentuknya. Di sana, pendiri Research In Motion (produsen BlackBerry) itu menyaksikan presentasi DoCoMo dalam mengembangkan sistem nirkabel bagi mesin penjual Coca-Cola yang secara otomatis akan mengirimkan sinyal ketika stok mesin tersebut hampir habis.

Lazaridis kemudian mendapat ide agar perusahaannya berfokus pada teknologi pengiriman data secara nirkabel. Kini kita menyaksikan bagaimana perusahaannya menjadi salah satu pemain penting dalam industri telekomunikasi dunia.

Kemampuan terakhir adalah eksperimen. Hal ini bermanfaat bagi para inovator untuk mendapatkan data sekaligus melihat bagaimana ide-ide mereka bekerja. Jika gagal, mereka mencari solusi perbaikan dengan segera. Melatih kemampuan eksperimen bisa dilakukan, antara lain, dengan mengembangkan kemampuan baru, seperti mempelajari bahasa asing, yoga, dan olahraga baru.

Kekuatan buku ini terletak pada riset kolaboratif selama delapan tahun yang melibatkan lebih dari 100 pemimpin perusahaan inovatif dunia untuk merumuskan apa itu DNA inovator. Hasil riset ini meraih posisi runner-uppada acara Harvard Business Review McKinsey Award 2009. Buku ini juga menyediakan beberapa alat ukur untuk mengukur DNA inovator, baik pada level individu maupun korporasi....

(Anggoro, 2011)

3. Penutup

Contoh:
... Jadi, apakah Anda adalah Steve Jobs selanjutnya? Periksa kembali DNA inovator Anda!

(Anggoro, 2011)

Bagian pembukaan, inti, dan penutup merupakan pembedaan secara gagasan. Letak dan porsi bagian-bagian tersebut mungkin saja tidak terpisah secara jelas dengan bagian-bagian lain. Pada paragraf pertama bisa saja sekaligus tertuang pembuka dan inti sekaligus, demikian pula dengan paragraf terakhir, bisa saja terkandung inti dan penutup sekaligus. Jika bagian pembuka dan penutup tertuang pada paragraf yang sama dengan bagian inti, kadar bagian pembuka dan penutup sekadar kalimat saja, tidak sampai paragraf.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan inti resensi adalah tentang penulisan deskripsi buku atau ringkasan buku. Ringkasan buku biasanya tidak disajikan secara lengkap. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan rasa penasaran pembaca resensi. Dengan adanya rasa penasaran, lebih besar kemungkinan pembaca memiliki ketertarikan untuk membeli buku yang diresensi.

D.      Identitas Penulis

Contoh:

Judul Resensi
Identitas Penulis Resensi
"Touch My Heart, Mengenal Kepribadian Anak Menurut Golongan Darah"
Sabjan Badio, Guru SMP Ali Maksum

Judul Resensi
Identitas Penulis Resensi
"DNA Para Inovator Dunia"
Yudo Anggoro, Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, kandidat doktor kebijakan publik di University of North Carolina, Amerika Serikat.

Seorang guru tentunya sedikit banyak harus mengerti karakter anak, terutama anak didik dan anak kandungnya. Status sebagai guru merupakan di antara status yang pas untuk resensi dengan judul “Potrek Karakter Anak Melalui Golongan Darah”. Jika status peresensi tidak sesuai dengan tema buku yang diresensinya, tentu saja kompetensi peresensi dapat saja diragukan oleh pembaca resensi. Beberapa peresensi yang memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tema buku yang diresensi menyiasatinya dengan menyebut statusnya sebagai pengamat (pecinta, atau yang lain), misalnya pengamat pendidikan, pengamat politik, dan lain-lainnya.

Daftar Pustaka
Anggoro, Yudo. 2011.  “DNA Para Inovator Dunia” dalam http://www.tempo.co/read/news/2011/10/24/109363022/DNA-Para-Inovator-Dunia. Senin 15 Desember 2012, Pukul 10.00 WIB.
Badio, Sabjan. 2012. Menulis Resensi Buku. Yogyakarta: Jurusan  Kebidanan, Stikes Alma Ata (Diktat, Tidak Terbit).
Yuniati, Siska. 2009. Menulis Resensi Buku. Yogyakarta: MTs Negeri Giriloyo.


6 komentar:

Siska mengatakan...

Membaca teori menulis resensi rasa-rasanya saya langsung bisa menulis resensi. Namun, ketika mencoba menulis, banyak sekali kendala yang tidak bisa saya lewat, sehingga, akhirnya gagal lagi. :-(

SB mengatakan...

Coba jangan terfokus pada kendala. Banyak orang yang kesulitan menuliskan kata-kata pertama. Jika ini terjadi, mengapa tidak langsung lompat ke bagian berikutnya? Ada pula yang kesulitan membuat judul. Agar tidak membuat kita terhenti, lewati saja tahapan ini, nanti saja buat judulnya.

Anonim mengatakan...

Ingat masa-masa kuliah. Kiriman kadang tak cukup. mencari solusi dengan berburu buku baru di perpustakaan untuk diresensi. lumayanlah.

SB mengatakan...

Langkah hebat. :-)

Yaraihan mengatakan...

Pembahasannya dibuat lebih lengkap, Pak. Agar gambarannya lebih jelas. :-)

SB mengatakan...

Seharusnya memang begitu. Tp, ruang kita terbatas dan kita biasanya masih cenderung lebih nyaman hasil cetakan dibandingkan media digital.

Versi cetaknya saya buat lebih lengkap.

Tulisan Populer Pekan ini